Selasa, 20 Januari 2015

Teori Konsumsi Ekonomi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Konsumsi adalah setiap kegiatan memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan demi menjaga kelangsungan hidup. Menurut Albert C Mayers konsumsi adalah penggunaan barang-barang dan jasa yang langsung dan terakhir guna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sedangkan menurut Dumairy (2004) konsumsi adalah pembelanjaan atas barang dan jasa yang dilakukan oleh rumahtangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan atas
makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan memenuhi kebutuhan dinamakan barang konsumsi. Individu yang melakukan konsumsi disebut konsumen. Keinginan mengkonsumsi oleh individu akan menimbulkan permintaan terhadap suatu barang. Permintaan adalah keinginan konsumen untuk membeli barang dengan berbagai alternatif harga. Selain dipengaruhi harga permintaan juga dipengaruhi oleh pendapatan, selera, jumlah konsumen yang menginginkan barang tersebut, ekspektasi barang yang akan datang, iklan dan sebagainya.


1.2  Tujuan
Fungsi konsumsi adalah suatu persamaan matematik yang menunjukkan hubungan antara tingkat konsumsi seseorang atau rumahtangga dengan pendapatan disposibel atau pendapatan nasional. Jika fungsi konsumsi merupakan fungsi yang dipengaruhi oleh pendapatan disposibel maka dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: C = a+ bYd

Dimana a adalah konsumsi autonomus, b adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal, dan Yd adalah pendapatan disposibel. Konsumsi aotunomus adalah tingkat konsumsi rumahtangga yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional atau dapat diartikan sebagai tingkat konsumsi dimana rumahtangga tidak mempunyai pendapatan. Pengeluaran untuk konsumsi ini dapat dibiayai oleh tabungan yang dibuat dimasa lalu atau dengan cara berhutang (dissaving). Selain dipengaruhi oleh jumlah tabungan dimasa lalu, konsumsi autonomus juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti pajak yang dipungut oleh pemerintah, ekspektasi keadaan ekonomi, tingkat harga dan suku bunga (Sukirno, 2005). Pendapatan disposibel adalah pendapatan rumahtangga yang siap digunakan untuk kegiatan konsumsi. Pendapatan disposibel berasal dari
pendapatan yang diperoleh rumahtangga sebagai balas jasa faktor produksi dikurangi dengan pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1.1    Teori Konsumsi John Maynard Keynes dan Fungsi Konsumsi (The General Theory)
            Keynes menunjukkan bahwa keputusan konsumen dalam konsumsi mempunyai implikasi yang sangat penting sebagai acuan dalam menentukan kebijakan ekonomi makro suatu negara. Melalui parameter marginal propensity to consume (MPC) akan diketahui besarnya koefisien multiplier yang pada gilirannya akan menentukan keseimbangan pendapatan nasional, kesempatan kerja, dan tingkat harga dari suatu perekonomian. Dengan mengetahui parameter di atas pemerintah dapat mengambil kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter untuk mencapai target ekonomi makro (Burhan, 2005).
            Teori Keynes menyatakan bahwa konsumsi sekarang tergantung pada pendapatan sekarang yang dalam bentuk fungsi konsumsi dirumuskan:
Ct = C0 + C1Yt
Dimana:
Ct         = konsumsi sekarang (current consumption)
Yt        = pendapatan sekarang (current income)
C0           = konsumsi otonom (autonomous consumption)
C1        = marginal propensity to consume (MPC)
Fungsi konsumsi di atas dapat digambarkan pada gambar 1
            Dari fungsi dan gambar di bawah dapat dilihat bahwa (a) MPC konstan dan selalu lebih kecil dari average propensity to consume (APC) dan (b) APC semakin turun dengan makin meningkatnya pendapatan. Selanjutnya Keynes menambahkan bahwa hubungan tersebut relatif stabil dan pendapatan nominal yang lebih tinggi akan berakibat makin besarnya proporsi untuk ditabung.

                              Gambar 1: Hubungan Konsumsi dan Pendapatan
                   
Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marjinal adalah antara nol dan satu, dimana kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume) turun ketika pendapatan naik, selain itu pendapatan sekarang adalah determinan konsumsi yang utama. Ketika terjadi kenaikan pada pendapatan tidak akan menaikkan konsumsi sebesar kenaikan pendapatan. Akan tetapi menurutnya tingkat bunga tidak memiliki peran penting. Ia menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Berdasarkan pada pengalamannya bahwa pengaruh jangka-pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting (Mankiw, 2003).
Fungsi konsumsi adalah pusat dari teori fluktuasi ekonomi Keynes yang termuat dalam The General Theory  di tahun 1936. Keynes menduga bahwa kecenderungan mengkonsumsi marjinal—  jumlah yang dikonsumsi dari setiap dolar tambahan adalah antara nol  dan satu. Ia mengklaim hukum fundamental yaitu dari tiap dolar  pendapatan, orang akan mengkonsumsi sebagian dan menabung  sebagian. Keynes juga menyatakan kecenderungan mengkonsumsi rata-rata  (average propensity to consume ),  rasio konsumsi terhadap pendapatan  yang menurun ketika pendapatan naik.  Keynes juga menyatakan pendapatan adalah penentu utama konsumsi  dan tingkat bunga tidak memiliki peran penting.


2.1.2        Model Pilihan-Antar Waktu Irving Fisher (Fisher’s model intertemporal choice)
Model pilihan antar waktu diperkenalkan oleh Irving Fisher. Fisher menganalisa tentang seberapa rasional para konsumen dalam membuat pilihan antar waktu (melakukan pilihan dalam periode waktu yang berbeda. Apabila semakin banyak yang dia konsumsi saat ini, maka akan semakin sedikit yang bisa dia konsumsi di masa yang akan datang. Model ini melihat halangan-halangan yang dihadapi oleh konsumen dan bagaimana mereka memilih antara konsumsi dan tabungan.
Dalam teorinya, Fisher menjabarkannya beberapa hal mengenai konsumsi seseorang. Adapun penjabarannya tersebut: pertama, konsumen harus memilih kombinasi dibawah garis anggaran. Kedua, konsumen akan memilih kombinasi konsumsi yang diinginkan disepanjang kurva indiferen. Ketiga, konsumen akan berusaha mencapai tingkat kurva indiferen yang setinggi-tingginya, yaitu mencapai kondisi optimum. Keempat, konsumen akan menaikkan tingkat konsumsinya jika pendapatannya juga meningkat, Kelima, perubahan suku bunga riil membuat perubahan kombinasi konsumsi. Yang terakhir, meminjam dan menabung akan mempengaruhi konsumsi saat ini maupun yang akan datang.
Dalam memutuskan besaran tingkat konsumsi dan tabungan dengan tingkat pendapatan yang ada, perlu mempertimbangkan masa sekarang dan masa yang akan datang. Semakin besar konsumsi yang dapat dinikmati pada hari ini, semakin sedikit konsumsi yang dapat dinikmati hari esok. Kondisi tradeoff ini mengharuskan rumahtangga memperhitungkan perkiraan pendapatan dimasa depan yang akan diterima dengan konsumsi yang dapat mereka nikmati. Ekonom Irving Fisher mengembangkan model yang digunakan para ekonom untuk menganalisis bagaimana konsumen yang berpandangan ke depan

2.1.3    Teori Konsumsi dengan Hipotesis Siklus Hidup Franco Modigliani (Life Cycle Hypotesis)
            Teori “hipotesis siklus hidup” berasumsi bahwa orang menabung untuk memuluskan konsumsi mereka selama hidup. Satu tujuan pentingnya adalah untuk mendapat pendapatan masa pensiun yang mencukupi. Oleh karena itu, orang bekerja dan cenderung menabung sehingga dapat menambah simpanan untuk pensiun dan kemudian membelanjakan tabungan mereka yang terkumpul pada masa tua (Samuelson dan Nordhaus, 2004). Menurut teori ini terdapat tiga bagian yang mempengaruhi  faktor sosial ekonomi seseorang terhadap pola konsumsi. Pertama, seseorang berumur nol tahun, seseorang tersebut tidak menghasilkan pendapatan sendiri (ia berkonsumsi tetapi ia tidak menghasilkan pendapatan). Kedua dimana seseorang berusia kerja (dapat menghasilkan pendapatan sendiri) sehingga ia tetap berada pada usia tidak bekerja lagi, pada keadaan ini ia mengalami dissering. Ketiga ketika seseorang berusia tua dimana orang tersebut tidak mampu lagi menghasilkan pendapatan sendiri pada keadaan ini ia dissering.
Metwally (1995) berpendapat sesuai dengan hipotesis siklus/daur hidup, konsumsi tidak saja bergantung pada pendapatan rumah tangga pada saat ini, tapi juga pada kekayaan dan pendapatan yang diharapkan di masa mendatang. Konsumen akan mendistribusikan sumber daya yang ada untuk mengatur konsumsi selama hidupnya, karena itu konsumsi harus dihubungkan dengan kehidupan individu dan tidak untuk satu periode saja. Jika konsumsi seseorang selama periode 1....... t; maka fungsi daya guna selama hidupnya bergantung pada konsumsi keseluruhan dalam satu periode atau:
            U = U (C1, C2, ................ Ct)
Dalam fungsi konsumsi yang cocok adalah dalam bentuk:
            Ct = aWt-1 + bYt + cYet

Di mana:
W sebagai jumlah kekayaan
Ye sebagai nilai sekarang pendapatan yang akan datang.
Pendukung hipotesis ini menganjurkan untuk menggunakan pendapatan sekarang sebagai pengganti Ye, dan karena itu fungsi konsumsi menjadi:
            Ct = a1 Wt-1 + a2 Yt
Hipotesis ini, menunjukkan bahwa redistribusi pendapatan menguntungkan kelompok miskin dan kelompok yang memerlukan, namun tidak berpengaruh besar pada pengeluaran konsumsi agregat. 





Grafik Siklus Hidup

Bagian I adalah umur0 sampai dengan t0 seseorang mengalami dissaving dimana orang tersebut belum memiliki pendapatan akan tetapi ia perlu konsumsi. Umur t0 sampai t1, orang masih melakukan dissaving karena konsumsi yang lebih besar daripada pendapatan. Bagian II adalah umur t1 sampai dengan t2  seseorang mengalami saving dimana pendapatan lebih besar daripada konsumsi. Untuk bagian III adalah umur t2  dimana orang kembali melakukan dissaving. Ia tidak cukup lagi menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi pengeluaran.
            Fungsi konsumsi dari teori ini adalah
C = aW
a adalah MPC yang nilainya tergantung dari umur, selera, dan tingkat bunga, sedangkan W dipengaruhi oleh nilai sekarang penghasilan dari kekayaan, nilai sekarang penghasilan dari balas jasa kerja, dan nilai sekarang penghasilan dari upah yang diharapkan diterima seumur hidup.
Secara spesifik fungsi konsumsinya sebagai berikut:
Di mana C adalah pengeluaran konsumsi, a  adalah MPC, A adalah kekayaan, YL adalah penghasilan dari kerja, YLE adalah penghasilan yang diharapkan seumur hidup sejak tahun ini, dan T adalah sisa umur seseorang dihitung dari saat ini


2.1.4    Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen Milton Friedman (Permanent Income Hypotesis)
            Pada tahun 1957, Milton Friedman dalam bukunya menjelaskan hipotesis pendapatan-permanen (permanent income hypotesis) menggambarkan perilaku konsumen. Hipotesis pendapatan-permanen Friedman melengkapi hipotesis daur hidup Modigliani: keduanya menggunakan teori konsumsi Irving Fisher untuk menyatakan bahwa konsumsi seharusnya tidak hanya bergantung pada pendapatan sekarang. Namun tidak seperti hipotesis daur-hidup, yang menekankan bahwa pendapatan mengikuti pola reguler selama masa hidup seseorang. Hipotesis pendapatan-permanen menekankan bahwa manusia mengalami perubahan acak dan temporer dalam pendapatan mereka dari tahun ke tahun (Mankiw,  2003).
Menurut teori ini pendapatan masyarakat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pendapatan permanen (permanent income), adalah merupakan pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan pendapatan sementara (transitory income) adalah tambahan atau pengurangan pendapatan yang tidak diperkirakan atau diharapkan (Dornbusch & Fisher, 1987). Hipotesis pendapatan-permanen menekankan bahwa manusia mengalami perubahan acak dan temporer dalam pendapatan mereka dari tahun ke tahun. Teori Friedman ini, seperti hipotesis siklus kehidupan, juga berpendapat bahwa konsumsi rumah tangga terutama ditentukan oleh pendapatan jangka panjang. Ia mendefenisikan pendapatan permanen sebagai pendapatan jangka panjang rata-rata yang diharapkan akan diterima dari “human and nonhuman wealth”. Yang dimaksudkan dengan pendapatan dari human wealth adalah pendapatan yang diterima dari menyediakan kemahiran manusia dan sebagai ganjarannya mereka akan memperoleh gaji, upah dan remunerasi lain dari bekerja. Sedangkan pendapatan dari non-human wealth meliputi pendapatan yang diperoleh dari harta kekayaan dan harta tetap seperti pendapatan dari pemilikan saham, obligasi dan real estate.
            Jika hipotesis pendapatan permanen benar dan konsumen memiliki ekspektasi rasional maka perubahan konsumsi mungkin akan tak terduga dan perubahan ini dikenal sebagai random walk. Alasan yang diberikan sebagai berikut: jika hipotesa ini benar maka fluktuasi pendapatan akan diikuti oleh konsumen dengan mencoba untuk mengurangi fluktuasi konsumsinya. Tetapi dengan adanya ekspektasi terhadap tingkat pendapatan akan mengubah tingkat konsumsi. Misalkan seseorang memperoleh kenaikan pangkat maka akan menaikkan konsumsinya, demikian sebaliknya. Jadi jika konsumen mempergunakan sepenuhnya informasi maka tingkat konsumsinya tidak dapat diprediksi dengan baik. Inilah yang dinamakan random walk. Pada kenyataannya random walk teori tidak sepenuhnya ada dalam dunia nyata, tetapi banyak ekonom yakin asumsi ekspektasi rasional ini merupakan pendugaan yang cukup baik terhadap realita.
Menurut Friedman, dalam jangka panjang konsumen telah menentukan proporsi konsumsi permanen terhadap pendapatan permanennya, misalnya k=Cp/Yp seperti yang ditunjukkan oleh garis k pada gambar 3.
Pada masa boom, pendapatan sebenarnya (observed income), Y0-2, lebih besar dari pendapatan permanen, Yp-2, atau pendapatan sementara > 0, sedangkan konsumsi sebenarnya (observed consumption) sama dengan konsumsi permanen sehingga APC < k, sementara pada masa krisis pendapatan sebenarnya (observed income), Y0-1, lebih kecil dari pendapatan permanen, Yp-1, atau pendapatan sementara < 0, sedangkan konsumsi sebenarnya (observed consumption) sama dengan konsumsi permanen sehingga APC > k. Dengan demikian dalam jangka pendek sepanjang siklus ekonomi, APC tidak konstan, tetapi relatif kecil pada saat pendapatan tinggi dan relatif besar pada saat pendapatan rendah.

Gambar 3: Fungsi Konsumsi menurut Hipotesis Pendapatan Permanen

Friedman juga menjelaskan bahwa faktor kunci yang menentukan slope dari fungsi konsumsi ialah variasi relatif dari pendapatan permanen dan pendapatan sementara. Peningkatan pendapatan sekarang akan mempengaruhi konsumsi dan hanya terjadi jika peningkatan pendapatan tersebut merefleksikan peningkatan pendapatan permanen. Ketika variasi pendapatan permanen jauh lebih besar dari variasi pendapatan sementara, maka hampir semua variasi pendapatan sekarang adalah refleksi dari variasi pendapatan permanen sehingga konsumsi akan naik turun hampir proporsional dengan pendapatan sekarang. Tetapi jika variasi pendapatan permanen jauh lebih kecil dari variasi pendapatan permanen sehingga konsumsi akan bereaksi sedikit saja terhadap pendapatan sekarang.
            Perbedaan pendapatan rumah tangga mencerminkan perbedaan dalam pekerjaan dan perbedaan usia dalam daur hidup rumah tangga tersebut. Atau dengan kata lain, pada data cross section variasi pendapatan sementara jauh lebih besar dari variasi pendapatan permanen. Akibatnya, koefisien fungsi konsumsi (MPC) lebih kecil dari satu secara signifikan dan intercept positif. Pada data time series, variasi pendapatan permanen lebih besar dari variasi pendapatan sementara sehingga estimasi fungsi konsumsi akan menghasilkan koefisien mendekati satu dan interceptnya mendekati nol (Romer, 1996).
   Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen dapat diartikan:
1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.
2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan)
Kekayaan yang dimiliki seseorang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kekayaan non manusia (non human wealth) adalah bentuk kekayaan fisik yaitu barang-barang konsumsi tahan lama (gedung, rumah, obligasi,dsb).
b. Kekayaan manusia (human wealth) adalah dalam bentuk kemampuan yang melekat pada diri manusia itu sendiri (keahlian, pendidikan, dsb).



2.1.5    Teori Konsumsi dengan Hipotesis Robert Hall (Random Walk Hypotesis)
Robert Hall pertama kali menderivasi implikasi ekspektasi rasional pada konsumsi. Ia menunjukkan bahwa jika hipotesis pendapatan-permanen benar, dan jika konsumen punya ekspektasi rasional, maka perubahan konsumsi sepanjang waktu menjadi tak dapat diprediksi. Ketika perubahan variabel tak dapat diprediksi, variabel dikatakan mengikuti jalan acak   (random walk ). Menurut Hall, kombinasi hipotesis pendapatan-permanen dan ekspektasi  rasional mengimplikasikan bahwa konsumsi mengikuti jalan acak.


2.1.6    Teori Konsumsi dengan Hipotesis David Laibson (Random Walk Hypotesis)
Baru-baru ini, ekonom telah beralih ke psikologi untuk penjelasan lebih lanjut dari perilaku konsumen. Mereka menyatakan bahwa keputusan konsumsi tak dibuat sepenuhnya rasional. Bagian baru yang memasukkan psikologi ke dalam ekonomi disebut ekonomi perilaku.  Profesor Harvard David Laibson mencatat banyak konsumen menganggap diri mereka pembuat keputusan tak sempurna. Preferensi konsumen tak konsisten dengan waktu (time-inconsistent ) :  mereka mengubah keputusan mereka hanya karena waktu berlalu.













BAB III
KESIMPULAN

1.      Teori konsumsi Keynes terdiri dari konsep yaitu kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propersity to consume), rasio konsumsi terhadap pendapatan, dan  pendapatan sebagai determinan konsumsi yang penting
2.      Teori konsumsi kuznet menolak asumsi Keynes tentang kecenderungan konsumsi rata-rata menurun saat pendapatan naik. Menurutnya rasio antara konsumsi dengan pendapatan ternyata stabil dari dekade ke dekade, walaupun telah terjadi kenaikan pendapatan.
3.      Teori Konsumsi berdasar hipotesis siklus hidup yang dikemukakan oleh Ando, Brumberg, dan Modigliani membagi konsumsi seseorang berdasarkan tiga bagian yaitu bagian I adalah umur 0 sampai dengan t1 seseorang mengalami dissaving, bagian II adalah umur t1 sampai dengan t2  seseorang mengalami saving, dan bagian III adalah umur t2  dimana orang kembali melakukan dissaving.
4.      Teori konsumsi pendapatan permanen oleh Friedman berasumsi konsumsi seharusnya tergantung pada pendapatan permanen karena konsumen menggunakan tabungan dan pinjaman untuk melancarkan konsumsi dalam menanggapi perubahan pendapatan sementara.
5.      Dalam jangka panjang teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif yaitu kenaikan penghasilan masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengubah distribusi penghasilan seluruh masyarakat. Untuk jangka pendek besarnya konsumsi seseorang dipengaruhi oleh besarnya penghasilan tertinggi yang pernah diperoleh.
6.      Model pilihan antar waktu Fisher menganalisa tentang seberapa rasional para konsumen dalam membuat pilihan antar waktu (melakukan pilihan dalam periode waktu yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, Gregory N. 2005. Teori Makroekonomi. Erlangga. Jakarta.
Mankiw, Gregory N. 2006. Makroekonomi. Erlangga. Jakarta.
Mankiw, Gregory N. 2005. Teori Makroekonomi. Erlangga. Jakarta

Sukirno, Sadono, (1999). Pengantar Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar