BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi adalah setiap kegiatan
memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan
demi menjaga kelangsungan hidup. Menurut Albert C Mayers konsumsi adalah
penggunaan barang-barang dan jasa yang langsung dan terakhir guna memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Sedangkan menurut Dumairy (2004) konsumsi adalah
pembelanjaan atas barang dan jasa yang dilakukan oleh rumahtangga dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut.
Pembelanjaan atas
makanan, pakaian, dan barang-barang
kebutuhan lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang
diproduksi untuk digunakan memenuhi kebutuhan dinamakan barang konsumsi. Individu
yang melakukan konsumsi disebut konsumen. Keinginan mengkonsumsi oleh individu
akan menimbulkan permintaan terhadap suatu barang. Permintaan adalah keinginan
konsumen untuk membeli barang dengan berbagai alternatif harga. Selain
dipengaruhi harga permintaan juga dipengaruhi oleh pendapatan, selera, jumlah
konsumen yang menginginkan barang tersebut, ekspektasi barang yang akan datang,
iklan dan sebagainya.
1.2 Tujuan
Fungsi konsumsi adalah suatu
persamaan matematik yang menunjukkan hubungan antara tingkat konsumsi seseorang
atau rumahtangga dengan pendapatan disposibel atau pendapatan nasional. Jika
fungsi konsumsi merupakan fungsi yang dipengaruhi oleh pendapatan disposibel
maka dapat digambarkan dengan persamaan sebagai berikut: C = a+ bYd
Dimana a adalah konsumsi autonomus, b
adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal, dan Yd adalah pendapatan
disposibel. Konsumsi aotunomus adalah tingkat konsumsi rumahtangga yang tidak dipengaruhi
oleh pendapatan nasional atau dapat diartikan sebagai tingkat konsumsi dimana
rumahtangga tidak mempunyai pendapatan. Pengeluaran untuk konsumsi ini dapat
dibiayai oleh tabungan yang dibuat dimasa lalu atau dengan cara berhutang (dissaving).
Selain dipengaruhi oleh jumlah tabungan dimasa lalu, konsumsi autonomus juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti pajak yang dipungut oleh
pemerintah, ekspektasi keadaan ekonomi, tingkat harga dan suku bunga (Sukirno,
2005). Pendapatan disposibel adalah pendapatan rumahtangga yang siap digunakan
untuk kegiatan konsumsi. Pendapatan disposibel berasal dari
pendapatan yang diperoleh rumahtangga
sebagai balas jasa faktor produksi dikurangi dengan pajak yang harus dibayarkan
kepada pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Teori Konsumsi John Maynard Keynes dan Fungsi Konsumsi (The General Theory)
Keynes
menunjukkan bahwa keputusan konsumen dalam konsumsi mempunyai implikasi yang
sangat penting sebagai acuan dalam menentukan kebijakan ekonomi makro suatu
negara. Melalui parameter marginal
propensity to consume (MPC) akan diketahui besarnya koefisien multiplier yang pada gilirannya akan menentukan
keseimbangan pendapatan nasional, kesempatan kerja, dan tingkat harga dari
suatu perekonomian. Dengan mengetahui parameter di atas pemerintah dapat
mengambil kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter untuk mencapai target
ekonomi makro (Burhan, 2005).
Teori
Keynes menyatakan bahwa konsumsi sekarang tergantung pada pendapatan sekarang
yang dalam bentuk fungsi konsumsi dirumuskan:
Ct = C0 + C1Yt
Dimana:
Ct =
konsumsi sekarang (current consumption)
Yt =
pendapatan sekarang (current income)
C0 =
konsumsi otonom (autonomous consumption)
C1 =
marginal propensity to consume (MPC)
Fungsi konsumsi di atas dapat digambarkan pada
gambar 1
Dari
fungsi dan gambar di bawah dapat dilihat bahwa (a) MPC konstan dan selalu lebih
kecil dari average propensity to consume (APC)
dan (b) APC semakin turun dengan makin meningkatnya pendapatan. Selanjutnya
Keynes menambahkan bahwa hubungan tersebut relatif stabil dan pendapatan
nominal yang lebih tinggi akan berakibat makin besarnya proporsi untuk
ditabung.
Gambar 1: Hubungan Konsumsi dan Pendapatan
Keynes menduga bahwa
kecenderungan mengkonsumsi marjinal adalah antara nol dan satu, dimana
kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (average propensity to consume)
turun ketika pendapatan naik, selain itu pendapatan sekarang adalah determinan
konsumsi yang utama. Ketika terjadi kenaikan pada pendapatan tidak akan
menaikkan konsumsi sebesar kenaikan pendapatan. Akan tetapi menurutnya tingkat
bunga tidak memiliki peran penting. Ia menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga
terhadap konsumsi hanya sebatas teori. Berdasarkan pada pengalamannya bahwa
pengaruh jangka-pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya
bersifat sekunder dan relatif tidak penting (Mankiw, 2003).
Fungsi konsumsi adalah pusat dari teori
fluktuasi ekonomi Keynes yang termuat dalam The General Theory di tahun 1936. Keynes menduga bahwa kecenderungan
mengkonsumsi marjinal— jumlah yang
dikonsumsi dari setiap dolar tambahan adalah antara nol dan satu. Ia mengklaim hukum fundamental
yaitu dari tiap dolar pendapatan, orang
akan mengkonsumsi sebagian dan menabung
sebagian. Keynes juga menyatakan kecenderungan mengkonsumsi
rata-rata (average propensity
to consume ), rasio konsumsi
terhadap pendapatan yang menurun ketika
pendapatan naik. Keynes juga menyatakan
pendapatan adalah penentu utama konsumsi dan tingkat bunga tidak memiliki peran
penting.
2.1.2
Model Pilihan-Antar Waktu Irving Fisher
(Fisher’s model intertemporal choice)
Model
pilihan antar waktu diperkenalkan oleh Irving Fisher. Fisher menganalisa
tentang seberapa rasional para konsumen dalam membuat pilihan antar waktu
(melakukan pilihan dalam periode waktu yang berbeda. Apabila semakin banyak
yang dia konsumsi saat ini, maka akan semakin sedikit yang bisa dia konsumsi di
masa yang akan datang. Model ini melihat halangan-halangan yang dihadapi oleh
konsumen dan bagaimana mereka memilih antara konsumsi dan tabungan.
Dalam
teorinya, Fisher menjabarkannya beberapa hal mengenai konsumsi seseorang.
Adapun penjabarannya tersebut: pertama, konsumen harus memilih kombinasi
dibawah garis anggaran. Kedua, konsumen akan memilih kombinasi konsumsi yang
diinginkan disepanjang kurva indiferen. Ketiga, konsumen akan berusaha mencapai
tingkat kurva indiferen yang setinggi-tingginya, yaitu mencapai kondisi
optimum. Keempat, konsumen akan menaikkan tingkat konsumsinya jika
pendapatannya juga meningkat, Kelima, perubahan suku bunga riil membuat perubahan
kombinasi konsumsi. Yang terakhir, meminjam dan menabung akan mempengaruhi
konsumsi saat ini maupun yang akan datang.
Dalam memutuskan besaran tingkat
konsumsi dan tabungan dengan tingkat pendapatan yang ada, perlu
mempertimbangkan masa sekarang dan masa yang akan datang. Semakin besar
konsumsi yang dapat dinikmati pada hari ini, semakin sedikit konsumsi yang
dapat dinikmati hari esok. Kondisi tradeoff ini mengharuskan rumahtangga
memperhitungkan perkiraan pendapatan dimasa depan yang akan diterima dengan
konsumsi yang dapat mereka nikmati. Ekonom Irving Fisher mengembangkan model
yang digunakan para ekonom untuk menganalisis bagaimana konsumen yang
berpandangan ke depan
2.1.3 Teori Konsumsi dengan
Hipotesis Siklus Hidup Franco
Modigliani (Life Cycle Hypotesis)
Teori
“hipotesis siklus hidup” berasumsi bahwa orang menabung untuk memuluskan
konsumsi mereka selama hidup. Satu tujuan pentingnya adalah untuk mendapat
pendapatan masa pensiun yang mencukupi. Oleh karena itu, orang bekerja dan
cenderung menabung sehingga dapat menambah simpanan untuk pensiun dan kemudian
membelanjakan tabungan mereka yang terkumpul pada masa tua (Samuelson dan
Nordhaus, 2004). Menurut teori ini terdapat tiga bagian yang mempengaruhi faktor sosial ekonomi seseorang terhadap pola
konsumsi. Pertama, seseorang berumur nol tahun, seseorang tersebut tidak menghasilkan
pendapatan sendiri (ia berkonsumsi tetapi ia tidak menghasilkan pendapatan).
Kedua dimana seseorang berusia kerja (dapat menghasilkan pendapatan sendiri)
sehingga ia tetap berada pada usia tidak bekerja lagi, pada keadaan ini ia
mengalami dissering. Ketiga ketika seseorang berusia tua dimana orang tersebut
tidak mampu lagi menghasilkan pendapatan sendiri pada keadaan ini ia dissering.
Metwally (1995) berpendapat sesuai dengan hipotesis siklus/daur hidup,
konsumsi tidak saja bergantung pada pendapatan rumah tangga pada saat ini, tapi
juga pada kekayaan dan pendapatan yang diharapkan di masa mendatang. Konsumen
akan mendistribusikan sumber daya yang ada untuk mengatur konsumsi selama
hidupnya, karena itu konsumsi harus dihubungkan dengan kehidupan individu dan
tidak untuk satu periode saja. Jika konsumsi seseorang selama periode 1.......
t; maka fungsi daya guna selama hidupnya bergantung pada konsumsi keseluruhan
dalam satu periode atau:
U = U (C1, C2,
................ Ct)
Dalam fungsi
konsumsi yang cocok adalah dalam bentuk:
Ct = aWt-1 +
bYt + cYet
Di mana:
W sebagai
jumlah kekayaan
Ye
sebagai nilai sekarang pendapatan yang akan datang.
Pendukung
hipotesis ini menganjurkan untuk menggunakan pendapatan sekarang sebagai
pengganti Ye, dan karena itu fungsi konsumsi menjadi:
Ct = a1 Wt-1
+ a2 Yt
Hipotesis
ini, menunjukkan bahwa redistribusi pendapatan menguntungkan kelompok miskin
dan kelompok yang memerlukan, namun tidak berpengaruh besar pada pengeluaran
konsumsi agregat.
Grafik
Siklus Hidup
Bagian
I adalah umur0 sampai dengan t0 seseorang mengalami dissaving dimana orang tersebut belum
memiliki pendapatan akan tetapi ia perlu konsumsi. Umur t0 sampai t1,
orang masih melakukan dissaving
karena konsumsi yang lebih besar daripada pendapatan. Bagian II adalah umur t1
sampai dengan t2 seseorang
mengalami saving dimana pendapatan lebih besar daripada konsumsi. Untuk bagian
III adalah umur t2 dimana
orang kembali melakukan dissaving. Ia
tidak cukup lagi menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutupi pengeluaran.
Fungsi konsumsi dari teori ini
adalah
C
= aW
a
adalah MPC yang nilainya tergantung dari umur, selera, dan tingkat bunga,
sedangkan W dipengaruhi oleh nilai sekarang penghasilan dari kekayaan, nilai
sekarang penghasilan dari balas jasa kerja, dan nilai sekarang penghasilan dari
upah yang diharapkan diterima seumur hidup.
Secara
spesifik fungsi konsumsinya sebagai berikut:
Di mana C adalah
pengeluaran konsumsi, a adalah MPC, A
adalah kekayaan, YL adalah penghasilan dari kerja, YLE adalah penghasilan yang
diharapkan seumur hidup sejak tahun ini, dan T adalah sisa umur seseorang
dihitung dari saat ini
2.1.4 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen Milton
Friedman (Permanent Income Hypotesis)
Pada tahun 1957, Milton
Friedman dalam bukunya menjelaskan hipotesis pendapatan-permanen (permanent
income hypotesis) menggambarkan perilaku konsumen. Hipotesis pendapatan-permanen
Friedman melengkapi hipotesis daur hidup Modigliani: keduanya menggunakan teori
konsumsi Irving Fisher untuk menyatakan bahwa konsumsi seharusnya tidak hanya
bergantung pada pendapatan sekarang. Namun tidak seperti hipotesis daur-hidup,
yang menekankan bahwa pendapatan mengikuti pola reguler selama masa hidup
seseorang. Hipotesis pendapatan-permanen menekankan bahwa manusia mengalami
perubahan acak dan temporer dalam pendapatan mereka dari tahun ke tahun
(Mankiw, 2003).
Menurut teori ini pendapatan
masyarakat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pendapatan permanen (permanent income), adalah merupakan
pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan pendapatan
sementara (transitory income) adalah
tambahan atau pengurangan pendapatan yang tidak diperkirakan atau diharapkan (Dornbusch & Fisher, 1987).
Hipotesis pendapatan-permanen menekankan bahwa manusia mengalami perubahan acak
dan temporer dalam pendapatan mereka dari tahun ke tahun. Teori Friedman ini,
seperti hipotesis siklus kehidupan, juga berpendapat bahwa konsumsi rumah
tangga terutama ditentukan oleh pendapatan jangka panjang. Ia mendefenisikan
pendapatan permanen sebagai pendapatan jangka panjang rata-rata yang diharapkan
akan diterima dari “human and nonhuman
wealth”. Yang dimaksudkan dengan pendapatan dari human wealth adalah
pendapatan yang diterima dari menyediakan kemahiran manusia dan sebagai
ganjarannya mereka akan memperoleh gaji, upah dan remunerasi lain dari bekerja.
Sedangkan pendapatan dari non-human wealth meliputi pendapatan yang
diperoleh dari harta kekayaan dan harta tetap seperti pendapatan dari pemilikan
saham, obligasi dan real estate.
Jika
hipotesis pendapatan permanen benar dan konsumen memiliki ekspektasi rasional
maka perubahan konsumsi mungkin akan tak terduga dan perubahan ini dikenal
sebagai random walk. Alasan yang
diberikan sebagai berikut: jika hipotesa ini benar maka fluktuasi pendapatan
akan diikuti oleh konsumen dengan mencoba untuk mengurangi fluktuasi
konsumsinya. Tetapi dengan adanya ekspektasi terhadap tingkat pendapatan akan
mengubah tingkat konsumsi. Misalkan seseorang memperoleh kenaikan pangkat maka
akan menaikkan konsumsinya, demikian sebaliknya. Jadi jika konsumen
mempergunakan sepenuhnya informasi maka tingkat konsumsinya tidak dapat
diprediksi dengan baik. Inilah yang dinamakan random walk. Pada kenyataannya random walk teori tidak sepenuhnya
ada dalam dunia nyata, tetapi banyak ekonom yakin asumsi ekspektasi rasional
ini merupakan pendugaan yang cukup baik terhadap realita.
Menurut Friedman, dalam jangka
panjang konsumen telah menentukan proporsi konsumsi permanen terhadap
pendapatan permanennya, misalnya k=Cp/Yp seperti yang
ditunjukkan oleh garis k pada gambar 3.
Pada masa boom, pendapatan sebenarnya (observed
income), Y0-2, lebih besar dari pendapatan permanen, Yp-2,
atau pendapatan sementara > 0, sedangkan konsumsi sebenarnya (observed consumption) sama dengan
konsumsi permanen sehingga APC < k, sementara pada masa krisis pendapatan
sebenarnya (observed income), Y0-1,
lebih kecil dari pendapatan permanen, Yp-1, atau pendapatan
sementara < 0, sedangkan konsumsi sebenarnya (observed consumption) sama dengan konsumsi permanen sehingga APC
> k. Dengan demikian dalam jangka pendek sepanjang siklus ekonomi, APC tidak
konstan, tetapi relatif kecil pada saat pendapatan tinggi dan relatif besar
pada saat pendapatan rendah.
Gambar 3: Fungsi Konsumsi menurut Hipotesis
Pendapatan Permanen
Friedman
juga menjelaskan bahwa faktor kunci yang menentukan slope dari fungsi konsumsi ialah variasi relatif dari pendapatan
permanen dan pendapatan sementara. Peningkatan pendapatan sekarang akan
mempengaruhi konsumsi dan hanya terjadi jika peningkatan pendapatan tersebut
merefleksikan peningkatan pendapatan permanen. Ketika variasi pendapatan
permanen jauh lebih besar dari variasi pendapatan sementara, maka hampir semua
variasi pendapatan sekarang adalah refleksi dari variasi pendapatan permanen sehingga
konsumsi akan naik turun hampir proporsional dengan pendapatan sekarang. Tetapi
jika variasi pendapatan permanen jauh lebih kecil dari variasi pendapatan
permanen sehingga konsumsi akan bereaksi sedikit saja terhadap pendapatan
sekarang.
Perbedaan
pendapatan rumah tangga mencerminkan perbedaan dalam pekerjaan dan perbedaan
usia dalam daur hidup rumah tangga tersebut. Atau dengan kata lain, pada data cross section variasi pendapatan
sementara jauh lebih besar dari variasi pendapatan permanen. Akibatnya,
koefisien fungsi konsumsi (MPC) lebih kecil dari satu secara signifikan dan intercept positif. Pada data time series, variasi pendapatan permanen
lebih besar dari variasi pendapatan sementara sehingga estimasi fungsi konsumsi
akan menghasilkan koefisien mendekati satu dan interceptnya mendekati nol (Romer, 1996).
Teori dengan
hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini
pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent
income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan
permanen dapat diartikan:
1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode
tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji,
upah.
2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang
menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan)
Kekayaan yang dimiliki seseorang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kekayaan non manusia (non human wealth) adalah
bentuk kekayaan fisik yaitu barang-barang konsumsi tahan lama (gedung, rumah,
obligasi,dsb).
b. Kekayaan manusia (human wealth) adalah dalam
bentuk kemampuan yang melekat pada diri manusia itu sendiri (keahlian,
pendidikan, dsb).
2.1.5 Teori Konsumsi dengan Hipotesis Robert Hall (Random Walk
Hypotesis)
Robert
Hall pertama kali menderivasi implikasi ekspektasi rasional pada konsumsi. Ia
menunjukkan bahwa jika hipotesis pendapatan-permanen benar, dan jika konsumen
punya ekspektasi rasional, maka perubahan konsumsi sepanjang waktu menjadi tak
dapat diprediksi. Ketika perubahan variabel tak dapat diprediksi, variabel
dikatakan mengikuti jalan acak (random
walk ). Menurut Hall, kombinasi hipotesis pendapatan-permanen dan
ekspektasi rasional mengimplikasikan
bahwa konsumsi mengikuti jalan acak.
2.1.6 Teori Konsumsi dengan Hipotesis David Laibson (Random Walk
Hypotesis)
Baru-baru
ini, ekonom telah beralih ke psikologi untuk penjelasan lebih lanjut dari
perilaku konsumen. Mereka menyatakan bahwa keputusan konsumsi tak dibuat
sepenuhnya rasional. Bagian baru yang memasukkan psikologi ke dalam ekonomi
disebut ekonomi perilaku. Profesor Harvard David Laibson mencatat banyak
konsumen menganggap diri mereka pembuat keputusan tak sempurna. Preferensi
konsumen tak konsisten dengan waktu (time-inconsistent ) : mereka mengubah keputusan mereka hanya karena
waktu berlalu.
BAB III
KESIMPULAN
1. Teori
konsumsi Keynes terdiri dari konsep yaitu kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propersity to consume), rasio konsumsi terhadap pendapatan, dan pendapatan
sebagai
determinan konsumsi yang penting
2. Teori
konsumsi kuznet menolak asumsi Keynes tentang kecenderungan konsumsi rata-rata
menurun saat pendapatan naik. Menurutnya rasio antara konsumsi dengan
pendapatan ternyata stabil dari dekade ke dekade, walaupun telah terjadi
kenaikan pendapatan.
3. Teori Konsumsi berdasar hipotesis siklus hidup yang
dikemukakan oleh Ando, Brumberg, dan Modigliani membagi konsumsi seseorang
berdasarkan tiga bagian yaitu bagian I adalah umur 0 sampai dengan t1
seseorang mengalami dissaving, bagian II adalah umur t1 sampai
dengan t2 seseorang mengalami
saving, dan bagian III adalah umur t2 dimana orang kembali melakukan dissaving.
4. Teori
konsumsi pendapatan permanen oleh Friedman berasumsi konsumsi seharusnya
tergantung pada pendapatan permanen karena konsumen menggunakan tabungan dan
pinjaman untuk melancarkan konsumsi dalam menanggapi perubahan pendapatan
sementara.
5. Dalam
jangka panjang teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan relatif
yaitu kenaikan penghasilan masyarakat secara keseluruhan tidak akan mengubah
distribusi penghasilan seluruh masyarakat. Untuk jangka pendek besarnya
konsumsi seseorang dipengaruhi oleh besarnya penghasilan tertinggi yang pernah
diperoleh.
6. Model
pilihan antar waktu Fisher menganalisa tentang seberapa rasional para konsumen
dalam membuat pilihan antar waktu (melakukan pilihan dalam periode waktu yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, Gregory N. 2005.
Teori Makroekonomi. Erlangga. Jakarta.
Mankiw, Gregory N. 2006.
Makroekonomi. Erlangga. Jakarta.
Mankiw, Gregory N. 2005.
Teori Makroekonomi. Erlangga. Jakarta
Sukirno, Sadono, (1999). Pengantar Makro Ekonomi,
Edisi Kedua, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar